7 Alasan untuk Pindah Sepenuhnya ke Linux
Sudah setahun ini saya menggunakan Ubuntu sebagai OS utama dalam pekerjaan. Hanya saat butuh untuk nge-game dan nge-desain saja saya pindah ke Windows. Singkat cerita kesan saya : kalo bisa lebih awal lebih baik. Alasannya banyak, nanti saya ceritakan, hanya saja awalnya karena laptop saya kena malware lalu saya menangis.
Saya memang dimudahkan dalam perpindahan sepenuhnya dari Windows ke distro Linux (distro Linux {distribution} adalah OS yang diturunkan dari Linux) karena saya sudah berkenalan dengan distronya dari SMP saat diajari teman saya untuk menginstal Ubuntu waktu itu dan juga Backtrack yang terkenal di kalangan anak-anak warnet karena bisa ngehek sistem sekolah. Saat SMA saya coba distro lain, Linux Mint (Debian juga, dan anaknya Ubuntu) yang terasa sangat Windows UI-nya. Namun pengalaman saya saat SMP dan SMA hanyalah coba-coba belaka. Penggunaan penuh baru saya rasakan saat kuliah dimana saya harus menggunakan kernel Linux untuk melakukan beberapa perintah untuk skripsi. Saat itu, karena sebelumnya saya hanya mengenal beberapa distro Debian, maka saya putuskan untuk menggunakan Ubuntu. Sekarang, saya beralih dari Ubuntu ke Fedora, karena (1) coba-coba, (2) prinsip open source-nya, kalau reliability-nya sepertinya tidak terlalu beda jauh.
Nah saya punya 7 alasan mengapa Anda harus pindah ke Linux :
1. Gratis
Linux ini betul-betul gratis, Anda tidak perlu membayar sepeser pun untuk menginstalnya (kecuali versi enterprise ya seperti RedHat dan SUSE Enterprise) tidak seperti macOS, apalagi Windows. Anda tidak perlu membeli lisensi apapun, dan desktop Anda tidak akan bertuliskan “Activate Windows. Go to Settings to activate Windows.”
Lalu karena Anda orangnya memperhatikan cashflow sekali, Anda akan mencari patcher-patcher KMS yang banyak sekali malware-nya. Setelah itu semua data Anda dienkripsi malware dan Anda stres. Anda juga tidak akan mengalami update menyebalkan dan blue screen dengan emoticon yang lebih menyebalkan lagi. Dengan menghemat beberapa ratus ribu, Anda bisa tambah RAM, upgrade ke SSD, mungkin juga beli CPU terbaru.
2. Aman (Banget)
Ya memang setiap OS punya penyakitnya masing-masing, namun Linux adalah OS teraman dibandingkan macOS, apalagi Windows. Dengan komunitasnya yang besar, masalah apapun bisa cepat terdeteksi dan terpecahkan. Mengapa? Karena semua orang boleh laporan, dan semua orang boleh memperbaiki. Tapi memang, masalah yang terjadi di Linux membutuhkan waktu yang lebih lama sampai ditemukan solusinya karena orang yang memperbaiki pun perlu menunggu rilis dari pengendali utama distribusi atau kernel-nya. Oh juga, Anda tidak perlu berlangganan antivirus untuk Linux.
3. Spek Kentang Bisa Lancar
Windows 10 Anda perlu berapa banyak memori RAM untuk bekerja? Haha, itu juga menjadi masalah saya beberapa waktu yang lalu. 8 GB untuk Windows 10 sekarang rasanya sudah sangat mencekik, baru di 16 GB kita dapat mengoperasikannya dengan leluasa. macOS sih beda, karena kita tidak punya kebebasan untuk memilih hardware.
Sebaliknya, Linux sangat fleksibel. Bisa digunakan di spek kentang, bahkan sekentang-kentang Arduino dan Raspberry Pi. Ada juga beberapa distro yang ditujukan untuk komputer kentang.
4. UI & UX-nya Indah dan Menyenangkan
Ini sih yang awalnya menjadikan saya nyaman di ekosistem Linux, indah. Terdapat beberapa desktop environment yang berbeda-beda gayanya. Namun hampir semuanya memiliki UI yang betul-betul siap dipakai dan konsisten. Bandingkan dengan Windows yang bahkan punya Settings dan Control Panel, dan berbagai macam ketidakkonsistenannya yang lain.
Di Linux sendiri saya sudah jatuh cinta dengan GNOME sejak awal. Kemudahannya, gesture control-nya, animasinya, sampai tampilan icon-nya membuat saya betah berada di ekosistem tampilan ini. Menurut saya GNOME terinspirasi dengan desain dan interaksi di macOS, dan inspirasi dari Apple sepertinya adalah pilihan yang sangat bagus. Kekurangan GNOME sendiri adalah tidak cocok untuk komputer kentang. Beberapa desktop environment Linux yang bagus lainnya : KDE, Cinnamon, Budgie, dan Xfce. Kapan-kapan akan saya tulis.
5. Bikinnya Niat
Masih terhubung dengan poin sebelumnya, distro Linux, entah kenapa, terasa lebih niat dalam pembuatan daripada Windows. Jangan dibandingkan dengan macOS yang matang sekali. Di Windows 10 banyak sekali ketidakkonsistenan yang perlu saya kritik seperti context menu yang berbeda-beda di banyak tempat; tablet mode yang setengah jadi; fitur-fitur tua yang belum diupdate sejak XP dan Win 7 seperti Ms Management Console, Computer Management, Win Firewall, dll. Menggunakan Windows terasa seperti menggunakan OS yang masih beta.
6. Ada App Store-nya
Menginstal software di Linux sangat mudah karena kita punya software center. Kumpulan software ini besar sekali dan aktif dikelola oleh komunitas.
7. Komunitasnya Baik-baik Banget
Alasan terbaik versi saya. Bukan hanya blog atau publikasi, kita juga dapat berinteraksi langsung dengan orang yang bisa menyelesaikan masalah kita secara daring. Bahkan orang-orang ini baik-baik banget, mau membantu cari masalah kita sampai ke akar-akarnya tanpa dibayar.
Itu alasan-alasan saya berpindah dari Windows ke Linux untuk OS utama. Memang terdapat beberapa kesulitan dalam penggunaan Linux karena penggunanya yang belum banyak yang membuat developer tidak terlalu tertarik mengembangkan software di Linux. Tapi dengan meyakinkan kalian untuk berpindah ke Linux, harapannya ini bisa berubah sih. Hehe, ayo ikutan!