Memandang Langit
3 Mei 2023. Aku duduk di sebuah padang rumput kecil di dalam taman dekat Madurodam. Bersamaku ada tas kecil milik kekasihku yang di dalamnya berisi alat untuk mencatatku, yang ternyata tidak kupakai sekarang. Karena teknologi begitu berkembang, aku menulis ini dengan menggunakan speech to text. Jadi aku tinggal berkata kepada ponselku dan ponselku menuliskannya sendiri di dalam catatannya. Memang dunia berkembang begitu cepat ya. Rasanya beberapa abad yang lalu orang masih belum bisa menuliskan di atas kertas. Mereka masih harus mencari kulit dari binatang yang sangat mahal sebagai medium tulisan. Jadi tidak semua orang bisa menulis. Menulis menjadi barang mewah. Jadi aku ingin menulis lebih banyak lagi lah untuk mensyukurinya, meskipun memang sebetulnya bukan menulis. Mendikte. Robot yang tulis.
Sekarang adalah musim semi. Di sekelilingku sudah tumbuh semua rerumputan. Di musim dingin kemarin, sepertinya semua rerumputan ini tidak ada. Hanya ada tanah dan pasir yang ada di taman ini.
Rumput-rumput ini tidak hanya berwarna hijau. Ujung-ujungnya sudah berwarna kuning. Eh sebentar. Bebek-bebek yang ada di depanku tiba-tiba berteriak entah kenapa. Mereka adalah bebek-bebek yang bukan tipikal Indonesia. Mereka punya bagian atas badan berwarna coklat tua dan bagian bawah berwarna beige. Mereka mencari makanan di antara rerumputan yang kuning tadi, dan di sekitarnya, ada banyak sekali bunga-bunga kecil berwarna putih yang tumbuh di sepanjang pandang rumput ini. Ini pemandangan yang saya tidak pernah lihat di Indonesia.
Barusan angin berhembus ke mukaku. Anginnya masih sangat sejuk jika dibandingkan dengan udara yang ada di Indonesia, sepertinya sekitar 9 derajat. Ini sudah jam 8 malam tapi bahkan belum masuk waktu magrib. Jadi masih sangat terang dan rasanya seperti masih jam setengah lima di Indonesia.
Di belakangku ada hutan kecil yang di dalamnya sepertinya banyak satwa liar. Tadi sewaktu tiduran kurasa ada semacam singa atau macan yang bersembunyi di belakangku. Ya imajinasiku saja sih. Bahwa di Belanda masih ada banyak satwa liar yang ke sana kemari secara bebas di taman seperti ini, rasanya sesuatu yang perlu Indonesia lihat dan kalau bisa tiru. Karena memang waktu dulu saya masih kecil, saya masih banyak menemukan tempat-tempat yang banyak satwa liarnya dan bahkan banyak telur satwa liarnya yang saya ambil dan saya makan. Maaf.
Hari ini langitnya begitu cerah tidak seperti biasanya. Sebentar, ada orang dengan jaket coklat, sepeda jengki yang berwarna hijau, dengan tas samping sepeda hijau yang melintasi padang rumput ini. Dia begitu ikonik. Bajunya klasik. Sepedanya klasik. Rasanya masih seperti tahun 50-an.
Lanjut lagi. Aku hari ini ke taman karena pagi tadi aku telah berbincang dengan psikolog. Aku merasa ada sesuatu yang harus aku perbaiki. Tapi selama ini aku kesulitan dalam memperbaiki itu. Jadi aku memerlukan bantuan profesional untuknya. Nah, yang aku temukan adalah aku kehilangan sesuatu. Suatu kebiasaan yang membuatku waras dan sehat secara mental. Kebiasaan yang mungkin spesifik sekali untukku dan sangat personal. Entah kenapa aku bisa kehilangannya dulu. Jika bisa, rasanya aku ingin kembali ke masa-masa di zaman-zaman tahun 2013 di mana aku kehilangan kebiasaan ini. Sepertinya banyak sekali perubahan yang terjadi di tahun 2013 dulu.
Sebentar. Bulannya sudah terlihat. Bulan yang hampir penuh. Mungkin butuh sekitar 3–4 hari lagi sampai dia penuh. Bulan yang muncul di waktu cerah. Kau pasti tahu itu. Warnanya putih bersih di antara awan-awan cirrus dan cirrostratus yang juga warnanya putih bersih. Di langit ini juga banyak chemtrails atau jejak pesawat terbang yang tertinggal. Mengapa? Sepertinya adalah karena ini masih masa perang antara Rusia dan Ukraina. Jadi Belanda dan NATO juga masih bersiap dengan segala kemungkinannya.
Maaf aku selalu ke sana kemari kalau menerangkan sesuatu, apalagi dengan pemandangan yang seindah ini.
Yang hilang itu adalah: aku sering sekali meluangkan waktu untuk diriku sendiri dengan melihat langit. Ini kebiasaan yang hampir selalu kulakukan setiap minggunya. Entah kenapa aku kehilangan kebiasaan ini. Sehingga aku cukup kehilangan kewarasanku. Aku disibukkan oleh segala macam hal yang menurutku membangun diriku, tapi mungkin tidak juga. Biasanya dengan memandang ke langit seperti ini aku memberikan waktu sejenak untukku melihat ke dalam diri, untuk rileks terhadap segala macam hal yang menjadi pikiranku dan juga aku ingin memandang alam dan hubungannya denganku.
Juga salah satu hal yang paling penting adalah aku selalu terpikirkan untuk berbicara dengan Tuhan dengan memandang langit. Karena dengan memandang langit, rasanya aku memandang sesuatu yang begitu luas dan besar dan itu bisa merepresentasikan Tuhan. Jadi ketika aku kehilangan kebiasaan ini, aku juga kehilangan medium untuk bisa curhat dengan Tuhan. Entah apakah ini jamak terjadi ke orang-orang lain titik aku tak tahu. Yang kutahu adalah bahwa ini adalah kebiasaan yang membuatku merasa hidup dan merasa menjadi manusia yang seutuhnya.
Setelah hari ini, sepertinya aku akan kembali lagi untuk memandang langit setidak-tidaknya seminggu sekali. Hari ini saja aku sudah banyak sekali bercerita kepada Tuhan. Aku bercerita tentang kesalahanku. Aku juga bercerita tentang bagaimana sebetulnya aku ingin mendekati-Nya. Aku juga bercerita tentang kesibukanku dan keluargaku. Aku ingin mengenali diriku kembali. Aku ingin keluarga kecilku: Sisil dan anakku nanti, mendapatkan figurku yang seutuhnya aku. Bukan aku yang lain. Bukan aku yang tak hadir seutuhnya.
Memandang langit mungkin terdengar sesuatu yang kecil. Tapi buatku ini adalah sesuatu yang sangat mendasar dan agung di dalam diriku. Karena aku jadi bisa memahami dan melihat ke dalam diriku: tentang apa yang aku ingin, tentang apa yang membuatku bergerak, dan tentang apa yang membuatku bergairah. Sejujurnya saja ini akan mempengaruhi segala sesuatu yang akan aku kerjakan di masa mendatang.
Jadi aku akan kembali lagi langit. Untuk hari ini sampai di situ dulu ya. Aku izin pamit pulang dulu. Karena kekasihku sudah memasak untukku. Padahal dia sedang sangat sibuk dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Den Haag, 3 Mei 2023