Menghitung Syukur dalam Dua Tahun Tujuh Bulan

Azzadiva Sawungrana
6 min readOct 8, 2021

--

Pukul 15.30

Ilustrasi 15.30

Adalah saat matahari menguning, membawa kehangatan, bukan lagi terik seperti pada tiga jam sebelumnya. Hewan-hewan sudah mulai berkeliaran lagi. Kucing kampung yang tadinya tidur di karpet sabut kelapa di bawah mobil Kijang kotak, terbangun, masih terlihat sangat malas. Capung yang tadinya berdiam diri di bawah teduhnya tanaman perdu di pematang sawah, mulai mencari air bersih. Mungkin mau wudhu dia.

Pacca, seorang pemuda yang membuat usaha kecil bersama tiga kawannya, berkunjung ke sebuah panti asuhan kecil di sebuah desa yang kecil dan terpencil. Panti asuhan ini begitu mereka kagumi. Dalam hal pengajaran, pemberdayaan, hingga perjuangan. Bagaimana sepasang kekasih meradiasikan kasihnya kepada anak-anak yang membutuhkan paparan kasih mereka. Disitu Pacca dan kawan-kawannya belajar memberikan daya pada mereka yang kurang ber-daya, dengan keasyikan.

Sudah satu setengah tahun ini Pacca dan kawan-kawannya menggeluti usaha di bidang pariwisata dan kebudayaan. Berusaha memberikan daya kepada kelompok yang kurang ber-daya melalui kreativitas dalam hal-hal yang telah dimiliki kelompok tersebut. Sebuah misi yang begitu indah dan mulia. Sayangnya, mereka belum begitu memiliki modal finansial dan intelektual. Hingga akhirnya pada pukul 15.30 ini, di saat bercengkerama dengan pengasuh panti asuhan yang mereka kagumi, Pacca mau tak mau harus mencari sebuah pekerjaan. Karena ada beberapa misi personal lain yang perlu Ia wujudkan.

Pacca meminta izin untuk meninggalkan percakapan dengan kawan-kawan dan pengasuh panti asuhan. Pada pukul 15.30 ini, Ia telah membuat janji dengan seorang perekrut dari sebuah perusahaan baru. Duduklah Ia di serambi sebuah langgar (masjid kecil) berwarna hijau dengan ubin putih dan gaya Jawa dengan tiang-tiang kayu yang memberikan ruang lebar pada serambi itu. “Sejuk.” katanya dalam hati.

Lalu percakapan dimulai. Sehari kemudian dia dinyatakan diterima dan perlu datang ke ibukota dalam waktu satu bulan.

Tanggal 14

Adalah tanggal dimana Pacca datang ke perusahaan itu. Sebetulnya pada saat yang sama, Ia diterima pada sebuah perusahaan pertambangan. Namun, perusahaan di ibukota ini begitu menarik. Bayangkan, Ia adalah seorang sarjana Ilmu Bumi biasa-biasa saja yang jenuh dengan industrinya yang hanya bergerak di seputar kepegawaian negeri, perkebunan, dan pertambangan. Namun, Ia menemukan dan diterima pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan Ilmu Peta untuk bisnis. Sebuah hal yang Ia rasa langka dan unik. Tak pernah Ia temukan sebelumnya. Jadi, Pacca melihat peluang dan mengambilnya. Peluang untuk belajar hal aneh baginya. Peluang untuk mengembangkan otak kecilnya.

Perusahaan ini bernama Sudi Ayga Technology. Berada di pinggiran ibukota pada sebuah bangunan besar yang arsitekturnya seperti belum jadi, tapi ternyata, kata satpamnya : gaya industrial. Memang orang-orang kota sering aneh seleranya. Di kampung, bangunan seperti ini akan dicat secara cuma-cuma oleh para tukang yang tangannya gatal melihat acian tanpa finishing.

Di hari-hari awal, Ia belajar tentang bagaimana konsep bisnis dari Sudi Ayga terkait pemanfaatan peta untuk bisnis. Pimpinan bisnisnya sendiri, Pak Sedi, yang menerangkan kepadanya tentang arah dan tujuan perusahaan ini. Seringkali dalam usaha untuk memahami hal-hal ini dan untuk merangkai strategi untuk dirinya sendiri, Ia memilih untuk berjalan dari kantor ke indekos. Dari sebuah jalan yang sangat lebar, dua lajur dengan total 10 mobil bisa ngebut pada saat bersamaan hingga jalan kecil yang hanya bisa dilalui bokongnya, plus dengan bonus tempat pembuangan sampah busuk, sebusuk aksi ambil duit bansos.

Dari perenungan-perenungan ini, Ia menyimpulkan bahwa Ia mendapatkan sebuah jackpot. Betapa tidak. Di saat Ia digaji untuk mendapatkan uang dan terus hidup, Ia berpotensi bisa belajar banyak hal yang tidak Ia kuasai sebelumnya. Mulai dari Sales, bisnis, web development, system architecture, data analysis & data science, data mining, dll. Mulai dari saat itulah, Ia merasa penuh gairah. Karena keingintahuannya menguasai otak dan emosinya. Rasanya seperti pertama kali bisa naik sepeda Family tanpa bantuan roda samping, katanya.

1 Tahun

Saat Pacca bercermin

Satu tahun setelahnya : Pacca diberi amanah untuk mengelola sebuah produk, produk utama dari Sudi Ayga. Ia selalu melihat peluang sebagai peluang, tapi sayangnya Ia juga adalah orang yang selalu skeptis dan meragukan dirinya sendiri. Ia selalu melihat dirinya sebagai seekor turunan homo habilis yang inkompeten, hanya memiliki pemahaman di permukaan. Terlihat cakap, tapi tidak pernah betul-betul cakap pada hal yang Ia lakukan. Ini juga yang membuatnya terbata-bata dalam berbicara. Membuatnya semakin terlihat tidak yakin. Namun, tim yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama satu tahun ini ternyata adalah tim yang begitu suportif. Saling peduli satu sama lain. Membantunya dalam setiap kesulitan yang ditemukan pada jalan barunya. Sehingga keputusan yang Pacca rasa berat, menjadi terasa bak bulu angsa yang diangkat Thanos. Walaupun timnya ini berisi orang-orang aneh mulai dari buaya yang terlalu darat, pemilik Air Jordan yang dibalas air tuba, Coki Pardede, Opi Kumis, suku dalam Siantar, dst.

Pada saat itu juga Pacca menemukan seseorang menulis di Twitter :

“Kau hanya bisa memilih satu atau dua diantara tiga hal ini dalam hal pekerjaan : gaji yang besar, kawan yang akrab, atau pekerjaan yang menyenangkan.”

Pacca skeptis terhadap kata-kata ini. Tapi yang begitu Ia sadari adalah bagaimana Ia mendapatkan kawan-kawan yang akrab, yang memiliki arah komedi yang bisa dipahami satu sama lain, yang memiliki sinisme terhadap kehidupan sepertinya, yang santai dalam menghadapi masa depan untuk meredakan kekhawatirannya akan sesuatu yang akan datang, yang mengajaknya mengendarai motor secara random hanya untuk makan pop mie.

Pekerjaan menurutnya, akan selalu berubah-ubah, kadang sangat menggairahkan, kadang begitu membosankan, tergantung pada tahapannya dan bagaimana Ia melihatnya sebagai sebuah ilmu yang dapat dipelajari. Gaji juga adalah sebuah hal yang sangat relatif, pada seseorang dengan pengeluaran raksasa, gaji besar akan terasa mungil, begitu pun sebaliknya. Sehingga yang patut dan selalu Ia syukuri adalah memiliki kawan-kawan yang cerdik tak membuang kawan, gemuk tak membuang lemak.

Sayangnya pada saat yang bersamaan Pacca, yang merupakan anak laki-laki pertama di keluarganya, memiliki hal lain yang Ia perlu pikirkan karena satu dua hal, sehingga waktunya tak bisa sepenuhnya Ia gunakan bersama dengan kawan-kawannya ini.

2 Tahun 7 Bulan

2 tahun 7 bulan Pacca belajar Sales, bisnis, web development, system architecture, data analysis & data science, data mining, dst. 2 tahun 7 bulan Pacca dibantu hidupnya oleh kawan-kawan yang suportif tapi toxic di saat yang sama. 2 tahun 7 bulan Pacca membangun produk yang dijual untuk sebuah industri baru. Pengalamannya menuntunnya pada pemahaman-pemahaman baru. Kawan-kawannya mengajarkan ilmu-ilmu baru. Bahkan Ia sekarang merasa, 2 tahun 7 bulan ini lebih bermanfaat dengan cara seperti ini daripada Ia mengambil gelar master. Karena hal yang Ia pelajari bukanlah mata kuliah yang dapat dipelajari dalam 90 SKS. Selain itu, 90 SKS juga tak akan memberikannya sahabat.

Rasa syukur selalu Pacca ucapkan setiap pagi. Ia selalu merasa bangun dengan kondisi privilege. Bagaimana tidak, Ia hidup dengan kenyamanan pada saat banyak orang kehilangan sumber pengasap dapurnya. Pada saat terjadi wabah penyakit aneh seperti ini. Tanpa ada yang dikurangi sedikit pun. Bahkan malah ditambah. Sampai-sampai Ia merasa memiliki urgensi untuk memberikan ilmu dan pemahaman yang diberikannya kepada orang lain. Karena Pacca merasa bahwa privilege-nya hanya akan berakhir menjadi privilege tanpa adanya aksi berbagi. Ia membenci dirinya yang tak bermanfaat bagi sekitarnya. Seperti handuk bajaj Bajuri katanya.

Rasa syukur ini juga memberinya perasaan untuk menghargai orang-orang yang telah membantunya, terutama kawan-kawan yang sedari awal memberinya bantuan dan ilmu. Yang sedari awal bersikap bangsat tapi begitu baik pada saat yang sama. Aneh memang, tapi ya begitulah.

3 Tahun

Pada hari ini, perusahaan yang memberikan Pacca wadah untuk tetap mengasapi dapur, belajar berbagai macam ilmu, dan memberikan sahabat, berulang tahun ketiga. Disyukurinya setiap langkahnya. Seperti pada ajaran agamanya, bahwa takdir yang terjadi pada setiap orang adalah yang terbaik untuknya.

Syukur, rasanya, adalah senjata terbaiknya. Senjata untuk menembakkan rasa terus ingin tahu. Senjata untuk di-kokang amunisi pertemanannya. Senjata untuk meledakkan gairah dan misi dalam hidupnya.

Kau telah bersyukur selama dua tahun tujuh bulan, Pacca. Teruskanlah untuk terus menulis tentang rasa syukurmu. Hingga pada suatu saat nanti kau bacakan rasa syukurmu untuk orang-orang yang kau rasa pantas mendengarnya.

Klaten, 8 Oktober 2021

Keterangan :

Nama-nama dalam cerita adalah hasil kodefikasi dari bahasa walikan Jogja, silakan pecahkan sendiri.

--

--

No responses yet