Selamat Pagi, Jakarta

Selamat pagi Jakarta

Bolehkanku sejenak menitipkan punggungku padamu,

yang dari semalam mengeluh kewalahan,

merengek kesakitan memintaku untuk menepi di sudut stasiunmu

Padahal emas bauku belum cukup mengatakan bahwa aku boleh kembali

Kembali ke kastil megahku di samping Ciliwung

Bersama dengan pangeran dan puteri mahkotaku

Aku tak pernah memilih hidup semegah ini

Meski harus kuakui, aku sering seperti keledai

yang terus membuat kesalahan

Walau aku tak pernah membayangkan sulitnya

melihat pangeran dan puteriku merasakan yang sama

Jika ku boleh meminta, Jakarta

Katakanlah pada Tuhan, aku ingin jadi biasa

Yang pulang jam 5, lalu makan mie ayam di jalan
bukan nasi lauk mie goreng

Yang bersisiran pakai tancho sebelum berangkat
bukan pakai keringat

Yang membicarakan inpestasi di tempat kerja
bukan janda baru

Begitulah, aku tidur dulu,

Jakarta

Jakarta, 9 Oktober 2022

--

--